Jumat, 27 September 2024 – Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya dalam bidang Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM), sebuah program pengabdian masyarakat yang inovatif telah dilaksanakan. Program Studi Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung Djati Bandung kembali menunjukkan komitmennya dalam Pengabdian Kepada Masyarakat di SDN 1 Simpang. SD ini bertempat di Desa Binaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Desa Simpang Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Kegiatan berfokus pada pemanfaatan sistem aquaponik sebagai media pembelajaran berhasil menarik perhatian para tenaga pendidik. Kegiatan kali ini mengusung tema “Implementasi Pembelajaran Berbasis STEM pada Kurikulum Merdeka” dan disampaikan oleh pemateri yang kompeten di bidangnya, yakni Dr. Wahyuni Handayani, MT.
Sebagai penunjang kegiatan, acara ini dihadiri oleh dosen Pendidikan Fisika. Selanjutnya, mahasiswa Pendidikan Fisika turut mendampingi jalannya kegiatan. Para tenaga pendidik di wilayah Desa Simpang Kec. Cikajang Kab. Garut. juga turut berpartisipasi aktif sebagai peserta, Kehadiran mereka diharapkan dapat membuka wawasan baru mengenai penggunaan media pembelajaran yang lebih modern dan sesuai dengan perkembangan zaman. pemateri menekankan pentingnya adaptasi dalam metode pengajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan sains di Indonesia.
Penerapan Kurikulum Merdeka memberikan ruang yang lebih luas bagi guru untuk berkreasi dan mengembangkan pembelajaran yang relevan dengan konteks siswa. Namun, hal ini juga menuntut guru untuk terus belajar dan mengembangkan kompetensinya. Kegiatan pengabdian masyarakat ini hadir sebagai solusi untuk menjawab tantangan tersebut.
Sistem aquaponik, yang menggabungkan budidaya ikan dan tanaman dalam satu sistem tertutup, tidak hanya menawarkan solusi berkelanjutan dalam produksi pangan, tetapi juga menjadi alat yang efektif dalam pembelajaran STEM. Melalui kegiatan ini, peserta diajak untuk memahami konsep-konsep dasar sains seperti siklus air, ekosistem, nutrisi tanaman, dan pertumbuhan makhluk hidup.
Untuk memperkaya pemahaman peserta, sesi demonstrasi juga dilakukan. Pemateri secara langsung menunjukkan cara merangkai sensor kelembaban tanah dengan menggunakan Arduino. Peserta diajak untuk mengamati bagaimana sensor merespons perubahan tingkat kelembaban tanah. Dengan adanya demonstrasi ini, diharapkan peserta dapat lebih mudah memahami konsep dasar sensor kelembaban tanah dan potensi aplikasinya dalam bidang pertanian.
Para guru yang mengikuti kegiatan ini memberikan respons positif. Mereka merasa terinspirasi untuk menerapkan pembelajaran berbasis aquaponik di sekolah masing-masing. Selain itu, mereka juga melihat potensi besar dari sistem aquaponik untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Keberhasilan kegiatan ini menjadi bukti bahwa aquaponik dapat menjadi jembatan emas dalam meningkatkan kualitas pendidikan STEM di Indonesia. Ke depan, diharapkan akan lebih banyak lagi kegiatan serupa yang diselenggarakan untuk menjangkau lebih banyak guru dan siswa.